Selasa, 06 Desember 2011

Allah sebagai pencipta alam semesta

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibangun oleh manusia," kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS An Nahl, 16:68-69)
Orang beriman yang merenungkan proses pembuatan madu menjadi sadar akan keajaiban penciptaan yang terkandung di dalamnya. Dia segera mengerti bahwa mekarnya pohon yang berbuah, yang menjadi bahan mentah dasar untuk madu, yang sari bunganya diubah oleh lebah menjadi madu, maupun madu yang menakjubkan itu sendiri, tidak dapat terjadi secara kebetulan. Hal ini mendekatkan dirinya kepada Allah.
Lebih lanjut, kepatuhan tanpa syarat dari seekor lebah kecil kepada Allah juga merupakan bukti lain yang menuntun kepada iman. Orang beriman akan mengerti bahwa berdasarkan petunjuk Allah-lah, seekor lebah madu yang tidak memiliki kecerdasan ataupun kesadaran sebagaimana yang telah kita pahami, bekerja tanpa henti dan dengan disiplin sempurna melaksanakan tugasnya yang menakjubkan itu.
Pentingnya daging, susu, keju, dan manfaat lain dari binatang sebagai nikmat bagi manusia dari Allah difirmankan dalam Al Qur’an:
Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagimu. Kami memberimu minum dari air susu yang ada dalam perutnya. Dan pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untukmu, sebagian darinya kamu makan. (QS Al Mu’minun, 23:21)
Ada keterangan tentang “apa yang ada dalam perutnya”, ketika ayat tersebut menerangkan kepada kita tentang manfaat yang kita ambil dari hewan. Misalnya, ada sesuatu yang tertinggal dalam proses pencernaan dari pakan yang dimakan oleh sapi, air yang diminum oleh sapi, darah yang mengalir dalam pembuluh darah, dan alat-alat tubuh sapi. Sungguh merupakan keajaiban bahwa aroma manis, bersih, campuran putih semacam susu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, dapat dihasilkan dari campuran rumit semacam itu. Hebatnya lagi, susu dihasilkan dengan sifat paling menyehatkan, padahal jelas susu terletak pada bagian yang mengandung kotoran.
Petunjuk lain tentang pengetahuan Allah yang Mahaluas adalah kenyataan bahwa satu-satunya bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan susu adalah rumput hijau. Namun hewan yang menghasilkan susu ini dapat mengeluarkan cairan putih dari bahan hijau kaku tersebut berkat sistem mengagumkan yang Allah ciptakan dalam tubuh mereka. Dalam Al Qur’an, Allah menerangkan kepada kita tentang bagaimana susu dibuat:
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagimu. Kami memberimu minum dari apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (QS An Nahl, 16:66)
Seperti kita ketahui, susu merupakan minuman yang sangat kaya akan beberapa bahan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Susu merupakan cairan yang berperan penting dalam pertumbuhan anak-anak dan orang dewasa.
Makanan lain yang berasal dari hewan, kecil bentuknya namun nilai gizinya sangat besar, adalah telur. Pembentukan gudang protein, vitamin, dan mineral ini merupakan keajaiban yang lain. Seekor ayam yang rendah tingkat kecerdasannya mampu menghasilkan telur setiap hari dan melindungi telur yang dihasilkannya dengan kemasan yang mengagumkan. Memperhatikan bagaimana kulit telur dibentuk secara menakjubkan mengelilingi cairan yang ada di dalam kulitnya, walaupun tanpa pelindung, meningkatkan kekaguman yang dirasakan oleh orang beriman terhadap seni penciptaan Allah.
Berbagai minuman, yang dianggap oleh sementara manusia harus tersedia dalam sarapan, berasal dari tumbuhan. Setelah daun-daun tumbuhan tersebut mengalami proses tertentu, daun tersebut menjadi cairan beraroma manis. Beribu-ribu macam tumbuhan yang tumbuh dari tanah yang sama menunjukkan kekuasaan, kekuatan, dan kasih sayang tak terbatas dari Allah yang telah menciptakannya. Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al Qur’an:
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya)… (QS Al An'am, 6:141)
Allah memberi kita nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Dia menciptakannya banyak nikmat untuk kita makan. Dia menguji manusia dalam hidup di dunia ini dengan kekayaan dan kemiskinan. Dia menyukai orang yang menunjukkan akhlak terpuji di saat berhadapan dengan ujian ini. Dia menerangkan dalam Al Qur’an bahwa mereka akan menerima nikmat yang kekal di dalam Surga. Sebagai contoh, sementara sebagian orang menyantap sarapan yang lezat, orang lain hanya memiliki sedikit makanan. Namun orang beriman, kaya atau miskin, akan selalu bertingkah laku dengan cara diridhai oleh Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan ikhlas. Apabila dia kaya, dia tidak akan sombong atau menjadi tinggi hati. Apabila dia miskin, dia tidak akan khawatir dan menyesali keadaannya.
Orang beriman menyadari bahwa Allah sedang mengujinya. Dia juga menyadari bahwa segala hal dalam hidup ini adalah tidak kekal. Al Qur’an menyatakan bahwa Allah akan menguji manusia melalui kebaikan dan keburukan. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS Al Anbiya', 21:35). Dengan alasan ini, orang yang hidup sesuai dengan Al Qur’an mengetahui bahwa bukanlah nikmat yang dia terima, melainkan sikapnya terhadap nikmat tersebutlah yang bernilai di hadapan Allah. Walaupun dia tidak kaya, orang beriman dengan ikhlas bersyukur kepada Allah. Dalam Al Qur’an Allah menerangkan bahwa Dia akan menambah nikmat kepada mereka yang bersyukur dengan ikhlas dan kesungguhan hati. Dia juga memperingatkan orang yang tidak bersyukur akan pedihnya siksa di Neraka:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim, 14:7)
Orang yang merenungkan bukti kesempurnaan ciptaan di sekililingnya, dan juga alasan di balik penciptaan makanan, juga akan melihat kehendak Yang Mahakuasa di dalam susunan dan cara kerja mulut yang diciptakan untuk memakan makanan dengan mudah. Agar manusia dapat makan, makanannya, bibirnya, gigi, lidah, rahang, kelenjar ludah, dan jutaan sel bekerja sama dalam keselarasan yang sempurna. Semua ini diatur sedemikian rupa sehingga beberapa fungsi dapat dilakukan pada waktu bersamaan tanpa menimbulkan gangguan. Gigi memotong makanan menjadi bagian-bagian kecil, dan lidah terus-menerus mendorong makanan di sela-sela gigi untuk dikunyah. Dengan otot yang kuat, rahang membantu gigi mengunyah ketika orang yang makan menggerakkan lidahnya dengan cara yang sesuai. Bibir berperan sebagai pintu yang tertutup dengan rapat untuk mencegah makanan keluar dari mulut.
Selain itu, bagian-bagian yang membentuk organ-organ tubuh ini bekerja sama dalam keselarasan yang sempurna. Misalnya, gigi, sesuai dengan tempat dan susunannya, menggigit makanan menjadi bagian-bagian kecil dan mengunyahnya. Seluruh gigi diatur dan disusun pada tempatnya sesuai dengan fungsinya masing-masing. Setiap gigi tumbuh dan tinggal dalam ukuran panjang tertentu agar dapat bekerja sama dengan baik dengan gigi yang ada di tempat yang berlawanan dengannya. Tentunya organ ini tidak memiliki kesadaran atau kecerdasan. Gigi tidak dapat menentukan sendiri bagaimana bekerja sama dengan gigi yang lain. Dan koordinasi luar biasa seperti yang telah dijelaskan tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Setiap bagian dibuat sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak ada keraguan bahwa rancangan menakjubkan ini berasal dari Allah Yang “telah menciptakan segala sesuatu, dan menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS Al Furqan, 25:2). Allah telah menciptakan semua ini untuk memudahkan manusia memakan makanannya dan mengambil manfaat serta menikmatinya.

Sudah barang tentu, bagi orang-orang yang berpikir, setiap rasa merupakan sarana untuk bersyukur kepada Allah dengan sebaik-baiknya, mengingat-Nya dengan penuh rasa terima kasih, memuji-Nya, dan berterima kasih pada-Nya. Orang beriman yang mengetahui bahwa setiap jenis makanan lezat dan minuman datang dari Allah, memikirkannya saat dia duduk di meja makan, sehingga bersyukur kepada Allah. Allah berfirman dalam Al Qur’an:
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari itulah mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur, dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur? (QS Ya Sin, 36:33-35)
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka. Maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat dan minuman. Maka mengapa mereka tidak bersyukur? (QS. Ya Sin, 36: 71-73)
Sebagian orang tidak berpikir tentang pentingnya beberapa kenyataan yang sangat penting. Padahal, mereka telah menyantap makanan yang berasa dan beraroma lezat yang telah memenuhi kebutuhan mereka secara sempurna sepanjang hidup mereka. Kenyataan yang mereka abaikan tersebut adalah, bahwa Allah telah menciptakan nikmat yang tiada bandingannya ini bagi mereka, dan mereka harus bersyukur kepada Allah, Yang telah menyediakan itu semua. Jelas sebuah sikap yang keliru. Mereka seharusnya tidak melupakan bahwa mereka akan ditanya di akhirat, tentang apakah mereka telah bersyukur kepada Allah.
Orang beriman menyadari bahwa Allah telah memberikan tubuh sebagai amanat. Dia bertanggung jawab untuk menjaga nikmat tiada tara ini sebaik mungkin. Untuk itu dia harus memberi tubuh tersebut makanan dengan cara yang sehat. Dia tahu bahwa agar bekerja dengan baik, tubuh harus sehat, sehingga harus diberi makanan yang cukup dengan menu yang seimbang. Dia tahu bahwa tubuhnya harus mendapat semua makanan yang dibutuhkannya untuk pertumbuhan 100 triliun sel dan agar tubuh bisa pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi, baik di saat sarapan, maupun pada waktu lainnya di hari tersebut, dia akan makan makanan sehat dan alami. Dia menghindari makanan yang berbahaya, walaupun terlihat menarik dan lezat. Dia tidak akan lalai atau ceroboh dalam masalah ini. Misalnya, dia tahu bahwa berfungsinya alat tubuhnya, kemampuan tubuhnya untuk membersihkan bahan beracun, dan kemampuan tubuhnya untuk menghilangkan sakit dan lelah, semuanya tergantung pada air (banyak orang mengabaikan untuk meminumnya secara teratur). Dia dengan seksama meminumnya dalam jumlah yang cukup sepanjang hari. Nabi kita, SAW dalam beberapa kesempatan menunjukkan kepada kita akan pentingnya air.
"All praise is due to Allah Who has made it delicious and sweet by His grace and has not made it either salty or unsavoury." (Imam Ghazali's Ihya Ulum ad-Din)
Sebagai contoh, dalam sebuah perjalanan dia duduk di suatu tempat dan meminta air dari orang yang berada di sebelahnya. Setelah membasuh tangan dan wajahnya dan meminum air, beliau bersabda pada pengikutnya, “Percikkan sebagian airnya pada wajah dan dadamu.” (Sahih al-Bukhari) Nabi Muhammad, SAW bersabda setelah meminum air:
“Segala puji bagi Allah Yang telah membuatnya lezat dan manis dengan kasih sayang-Nya dan tidak membuatnya asin atau membahayakan.” (Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin)

alinea baru




Dengan berpikir menggunakan akal dan nurani yang terbebaskan dari segala ikatan sosial, ideologis dan psikologis; seseorang pada akhirnya akan merasakan bahwa seluruh alam semesta termasuk dirinya telah diciptakan oleh sebuah kekuatan Yang Maha Tinggi. Bahkan ketika ia mengamati tubuhnya sendiri atau segala sesuatu di alam ia akan melihat adanya keserasian, perencanaan dan kebijaksanaan dalam perancangannya.

Al-Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia dalam masalah ini. Dalam Al-Qur'an Allah memberitahu kepada kita apa yang hendaknya kita renungkan dan amati. Dengan cara perenungan yang diajarkan dalam Al-Qur'an, seseorang yang memiliki keimanan kepada Allah akan merasakan secara lebih baik kesempurnaan, hikmah abadi, ilmu dan kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya. Ketika orang yang beriman mulai berpikir menurut cara yang diajarkan Al-Qur'an, ia segera menyadari bahwa keseluruhan alam semesta adalah sebuah isyarat karya seni dan kekuasaan Allah, dan bahwa "alam semesta adalah sebuah hasil kreasi seni, dan bukan pencipta kreasi seni itu sendiri." Setiap karya seni memperlihatkan keahlian yang khas dan unik serta menunjukkan pesan-pesan dari sang pembuatnya.

Dalam Al-Qur'an, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan benda-benda alam yang dengan jelas menunjukkan kepada keberadaan dan ke-Esaan Allah beserta Sifat-sifat-Nya. Di dalam Al-Qur'an segala sesuatu yang menunjukkan kepada suatu kesaksian (adanya sesuatu yang lain) disebut sebagai "ayat-ayat", yang berarti "bukti yang telah teruji (kebenarannya), pengetahuan mutlak dan pernyataan kebenaran." Jadi ayat-ayat Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta yang memperlihatkan dan mengkomunikasikan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Mereka yang dapat mengamati dan senantiasa ingat akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagad raya hanya tersusun atas ayat-ayat Allah.

Sungguh, adalah kewajiban bagi manusia untuk dapat melihat ayat-ayat Allah…Dengan demikian orang tersebut akan mengenal Sang Pencipta yang menciptakannya dan segala sesuatu yang lain, menjadi lebih dekat kepada-Nya, menemukan arti keberadaan dan kehidupannya, dan menjadi orang yang beruntung (dunia dan akhirat).

Buku ini tidak akan pernah mampu memuat keseluruhan ayat-ayat Allah yang tak terhitung jumlahnya, tidak juga buku karya yang lain. Segala sesuatu, nafas manusia, perkembangan politik dan sosial, keserasian kosmik di alam semesta, atom yang merupakan materi terkecil, semuanya adalah ayat-ayat Allah, dan semuanya berjalan di bawah kendali dan pengetahuan-Nya, mentaati hukum-hukum-Nya. Menemukan dan mengenal ayat-ayat Allah memerlukan kerja keras individu. Setiap orang akan menemukan dan memahami ayat-ayat Allah sesuai dengan tingkat pemahaman dan nalarnya masing-masing.

Tidak diragukan, sejumlah petunjuk mungkin akan membantu. Pertama-tama, seseorang dapat mempelajari subyek-subyek tertentu yang ditekankan dalam Al-Qur'an dalam rangka memperoleh mentalitas berpikir yang memungkinkannya untuk dapat merasakan seluruh alam semesta sebagai penjelmaan dari segala sesuatu ciptaan Allah.

Ayat-ayat Allah di alam semesta ditegaskan dalam surat An-Nahl ayat 10-17:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar